19 September 2024
Kompasiana.com
“Tak ada jalan menuju keadilan dan kesetaraan ketika Negara masih berada pada tahap setengah jajahan dan setengah feodal. Oleh karenya untuk mencapai tujuan tersebut yakni dengan cara membangun gerakan solidaritas kelas yang progresif”. Menggugat ketidaksetaraan adalah inti dari gerakan difabel progresif yang bertujuan untuk mentransformasi tatanan sosial dan politik dalam masyarakat setengah jajahan setengah feodal. Dalam sistem ini, kelompok marginal seperti penyandang difabel kerap berada di lapisan paling bawah dalam struktur sosial yang kaku dan eksploitatif. Mereka tidak hanya terpinggirkan secara ekonomi, tetapi juga terhalang akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik. Persis para kaum pekerja, petani, dan kelompok marginal lainnya juga mengalami masalah serupa dalam bentuk eksploitasi tenaga kerja, upah rendah, dan kemiskinan yang berkelanjutan. Ketidaksetaraan struktural inilah memberi keuntungan bagi elite penguasa yang mempertahankan status quo, sementara penyandang difabel dan kelompok rentan lainnya terus mengalami diskriminasi dan eksklusi. Menentang ketidakadilan bukan hanya masalah advokasi sosial tetapi juga bagian dari perjuangan politik yang progresif. Kali ini penulis berupaya memberikan sedikit pandangan berlandaskan dari gerakan progresif seperti Karl Marx, Antonio Gramsci, dan Paulo Freire
Struktur Feodal dan Hegemoni Budaya Dalam masyarakat setengah jajahan setengah feodal, struktur feodal dan hegemoni budaya mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali bagi penyandang difabel. Sistem ini mencerminkan kontrol dari sistem Imprealisme atas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, yang berakibat pada eksploitasi dan marginalisasi kelompok-kelompok tertentu. Penyandang difabel, misalnya, tidak hanya mengalami masalah ekonomi tetapi juga masalah sosial melalui pandangan hegemonik yang memperburuk stigma mereka. Antonio Gramsci, dalam Selections from the Prison Notebooks, menjelaskan bahwa hegemoni budaya memungkinkan kelompok dominan mengontrol pandangan dan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat. Hegemoni ini bukan sekadar kontrol melalui kekuasaan fisik atau ekonomi, melainkan dominasi atas cara berpikir masyarakat, yang membuat ketidakadilan terlihat sebagai sesuatu yang "wajar." Dalam konteks difabel, stigma yang menganggap penyandang difabel sebagai “berbeda” atau tidak produktif adalah hasil dari hegemoni ini. Hegemoni ini tidak hanya terwujud dalam kebijakan publik yang mengabaikan kebutuhan penyandang difabel, tetapi juga dalam persepsi masyarakat sehari-hari yang sering memandang mereka sebagai beban atau kelompok yang tidak mampu berkontribusi. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh hegemoni budaya dalam menghalangi kemajuan sosial bagi penyandang difabel dan kelompok marjinal lainnya.
Dalam sistem setengah jajahan setengah feodal, penyandang difabel terperangkap dalam jaringan ketidakadilan yang kompleks. Mereka mengalami diskriminasi yang tidak hanya berbasis pada keterbatasan fisik atau mental tetapi juga pada struktur sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, langkah gerakan yang tentunya harus dibangun adalah gerakan kolektif yang progresif untuk menempuh jalan perubahan melalui solidaritas kelas, sebab, Jika strategi ini menggabungkan kekuatan kolektif di antara semua kelompok tertindas dalam masyarakat, termasuk pekerja, petani, kaum miskin, dan kelompok marginal lainnya. Dengan memusatkan pada persatuan antar kelompok tertindas, maka gerakan ini akan berupaya mendobrak batasan sosial yang selama ini memisahkan mereka. Karl Marx, mengungkapkan bahwa kelas-kelas tertindas memiliki kepentingan yang sama untuk melawan struktur yang menindas mereka. Penyandang difabel, walaupun memiliki karakteristik yang berbeda dari kelompok kelas pekerja, akan tetapi memiliki tujuan yang serupa dalam menghadapi penindasan dan eksploitasi dari sistem yang timpang. semua berada dalam posisi di mana hak-hak mereka dirampas atau bahkan tidak diakui sepenuhnya oleh negara dan elite penguasa. Solidaritas lintas kelompok ini menjadi penting untuk membangun kekuatan kolektif yang lebih besar, yang dapat menantang dan melawan dominasi sistem feodal dan kapitalis monopoli yang cenderung meminggirkan kepentingan mereka.